01/02/09

World Acehnese Association (WAA)

World Acehnese Association (WAA) telah tumbuh dan mulai berkembang diseantero dunia. WAA yang peluncuran situs perdananya pada Jum’at(02/01/09) yang lalu, menggambarkan sebuah persatuan masyarakat Aceh yang filosofinya berbentuk peta sejarah bumi Iskandar Muda. Sebagian besar masyarakat Aceh yang kini bermukim di luar begeri, tentu sangat antusias menyambut acara pendeklarasiannya dan memandangnya secara lebih positiv. Pasalnya, pra peresmian resminya itu kerap kali ter-ekspos berita diberbagai media massa terbitan Indonesia yang menayangkan seputar persoalan Aceh.

Tentu bagi masyarakat Aceh, khususnya yang berada diluar negeri sangatlah berbeda cara pandang dan penafsirannya sehubungan kehadiran World Acehnese Association yang masih berumur muda itu. Tanggapan positiv dan pikiran jernih dari siapapun masyarakat Aceh adalah mustahak diperlukan demi perkembangan WAA kedepan dalam mengemban dinamika Aceh masa akan datang yang lebih konprehensiv. Lambang World Acehnese Associatin yang design-nya berbentuk peta Aceh dan warna dekorasinya hitam, merah, kuning, hijau dan putih itu tersirat makna tersendiri serta memiliki akronym histori. Tidak hanya itu, WAA juga dihiasi warna khusus lima bintang kuning sebagai penjelajahannya dibeberapa benua didunia“, cetus Tarmizi Age sebagai koordinator WAA.

WAA semakin memperluas jaringannya “lam sigom donja”. Tercatat dibanyak negara; seperti Jerman, Belanda, Denmark Norwegia, Swedia, Finlandia, Mesir, Jordan, Sudan, Australia, Amerika dan Canada sudah memiliki duta perwakilannya dimasing-masing negara. Tentu perluasan jaringan WAA kedepan diperkirakan semakin melonjak, apalagi ruang lingkup WAA ini menarik perhatian para pelajar Aceh yang sedang menimba ilmu diluar negeri. Jerman, Mesir dan Sudan merupakan negara yang memiliki cabang perwakilan World Acehnese Association yang nota-bend kordinatornya putra (pelajar) Aceh yang tengah menuntut ilmu diberbagai perguruan tinggi di sana.

WAA-Visi dan Misinya
Sebelum dan pasca peresmian situs World Acehnese Association dilakukan, WAA mulai giat memperkenalkan kiprahnya diberbagai media cetak terbitan Aceh maupun media sebrang laut. Promosinya menjadi konsumsi laris bagi dunia pers di Indonesia. WAA kian aktif menaburkan visinya dibanyak terbitan koran-koran sebagai ajang pemberitahuan dan pemersatu rakyat Aceh sekaligus nuansa perkenalan bagi public Nasional dan masyarakat Internasional.

Lahirnya World Acehnese Association menjadi tumpuan rasa per- erat tali silaturrahmi antar sesama rakyat Aceh dan menggapai sebuah genggaman yang penuh isi dan sarat makna. Dengan kata lain, baik tersirat maupun tersurat, WAA telah mengajak rakyat Aceh untuk kembali memberikan arti dari “reunggam aneuk geutue” sekalipun masih sedikit agak sulit untuk “peusaho lam reugam”. Itulah visi World Acehnese Association yang kini sedang dalam perjalanan membawa harapan terbaik bagi kelangsungan hidup masyarakat Aceh. Kepedulian dan intervensinya WAA dalam situasi dan kondisi Aceh terkini merupakan sebuah wujud misinya dalam rangka menangkap berbagai persoalan dan pencarian solusinya. Kiprahnya dalam dunia Aceh menjadi lirikan tersendiri bagi segenap elemen penting di Aceh.

Kita dapat prediksikan bagaimana metode pendekatan dan rangkuman yang dilakukan WAA terhadap partner politikus didalam(Aceh) sehingga menjadi sebuah upaya meyakinkan semua pihak, terutama pihak yang memegang peranan penting dan pos strategis.

WAA Dalam Ranah Politik
Perkembangan Aceh pasca konflikt dan tsunami menjadi pusat perhatian World Acehnese Association. Tidak mengherankan memang. WAA telah memberikan subsidi bagi kelanggengan perjalanan Aceh selama ini. Banyak pikiran konstruktivnya yang telah tersumbangkan bagi kelanjutan proses rehab-rekon Aceh dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Konstribusi dari wadah WAA telah banyak tersalurkan ke dunia perpolitikan lokal di Aceh. Tidak tertutup kemungkinan menjelang pemilihan umum organisasi parti politik di Aceh, terutama partai lokal tentu sangat membutuhkan dukungan dan pikiran sehat dari segenap kru anggota WAA dimanapun berada.
World Acehnese Association akan merangkum suara rakyat Aceh dipemilu april mendatang. Melalui pandangan politiknya WAA mencoba yakinkan masyarakat Aceh menjadi sebuah suara yang bulat dan sebagai langkah penyatuan visi politik bagi mencapai sebuah harapan dan kemenangan besar nantinya.

Pemilihan anggota parlemen Aceh sudah diambang pintu dan gelanggang perpolitikan di Aceh pun mulai pasang kuda-kuda. WAA diharapkan turut memasang lensa kacamata supaya bisa melihat secara jernih jalannya proses demokratisasi politik di Aceh nanti. WAA bisa diartikulasikan sebagai bahagian dari instrument politik yang memiliki daya pengaruh terhadap irama politik itu sendiri. Karena WAA lahir dari basis perkumpulan masyarakat Aceh, maka semua komponen yang berlindung di bawahnya itu punya modal besar dalam mengekspresikan pemikiran politiknya masing - masing dan itu merupakan sesuatu yang lazim. Karena itu WAA mencoba rekrut personel yang punya bakat dalam hal mengabadikan hasrat politiknya dikancah perpolitikan Aceh sehingga melahirkan kader - kader politisi yang handal dan siap terjun membawa harapan masyarakat banyak.
World Acehnese Association merupakan saluran yang dapat mengalir setiap saat dan dipersilahkan untuk menggunakannya. Kritikan, perbaikan dan hal - hal lain yang bersifat renovasi politik sangat tepat untuk dialamatkan kedunia organisasi politik khususnya di Aceh yang cukup membutuhkan input maupun perhatian kita semua. Semoga…! Denmark 19-01-2008.

Penulis adalah Junaidi beuransah, Aktifis World Acehnese Association ( WAA )
yang saat ini menetap di Denmark.
Baca Lebih Lanjut...

PARLOK WAJAH BARU DALAM TEST PERDANA

Aceh datang dengan wajah baru untuk menghiasi warna politik bagi Indonesia. Demokrasi di Aceh mulai tumbuh seiring lahirnya Partai Lokal pertama kali dalam sejarah bangsa Indonesia.
Rakyat Aceh sangat gembira menyambut partai lokal Aceh yang konon baru pertama kali dalam sejarah perpolitikan di Indonesia. Aceh lewat partai lokalnya akan memperebutkan kursi parlemen Daerah(DPRA dan DPRK) dalam pemilu April 2009. Enam parlok dan 39 parnas akan bertanding untuk menarik suara rakyat. Lebih kurang 45 partai politik peseta pemilu yang akan bergelut di arena piasan raya, tentu membuat kalang kabut para pemilih harus mencoblos yang mana. Namun bagi rakyat Aceh tidaklah panik dalam memberikan suara politiknya di hari "H" pemilu pada 9 April mendatang.
Rakyat Aceh sudah dewasa untuk menentukan arah politiknya dan menginginkan adanya suasana baru yang bisa menghantarkan Aceh kedepan kearah yang lebih baik dan bermartabat. Seyogianya masyarakat suka dan menginginkan kepada sesuatu yang baru, apalagi parlok ini menjadi lebih dekat dan bersahabat ketimbang partai politik lain yang berbasis Nasional.

Kehadiran enam partai lokal Aceh membuat pertandingan melawan puluhan partai nasional semakin seru. Parlok Aceh yakin akan mengantongi lebih banyak suara ketimbang parnas. Kemungkinan besar parnas di Aceh akan masuk kandang alias pesimis memperoleh respon massa. Penampilan parlok menjadi bumerang bagi parnas. Gelanggang perpolitikan Indonesia menjelang dan saat hari"H" pemilu berubah dengan hadirnya partai lokal Aceh yang tampil beda dibandingkan sebelumnya.

Parlok Aceh tampil memukau lewat perkenalan politik barunya. Enam parlok yang semenjak awal dinyatakan lulus verivikasi oleh Badan Hukum dan HAM Aceh, kini masing-masing mulai menuai harapan dan visi-misinya kepada masyarakat. Kesemua parlok memiliki kemiripan dalam menyampaikan pandangan atau misinya kepublik. Kesemua parlok itu menyuguhkan harapan politiknya di bidang misalnya; pendidikan, hukum, kesehatan dan perubahan ekonomi bagi masyarakat. Namun sejauh ini belum terlihat adanya sebuah misi alternativ ketimbang misi lama yang sudah baku dan kerap disampaikan saat kampanye menjelang pemilu tahun-tahun sebelumnya.
Khusus satu-satunya partai politik yang sangat diperhitungkan, yaitu Partai Aceh(PA) mencoba bawa aspirasi perjuangan politiknya dari eksklusif menjadi inklusif dan memperjuangkan missi MoU, serta memberikan pendidikan politik kepada rakyat Aceh, seperti pernah disampaikan juru bicara Adnan Beuransah. Jubir Beuransah juga yakin akan memperoleh 80-90 persen suara di kursi parlemen nanti. Peluang PA untuk meraup suara manyoriti relativ besar dan itu yakin kalau kita melihat persentase poling public di siaran online Radio-Antero Banda Aceh. Partai Aceh menduduki peringkat paling atas yang disusuli dengan parti PAAS. Partai Aceh adalah partai yang memiliki misi alternatif dan sangat special dan ini sama sekali tidak ada pada parlok yang lain. Misi MoU adalah target politik utama yang akan disosialisasikan oleh PA sebagai kelanjutan dari perjuangan diplomatiknya
pasca perjuangan eksklusifnya.

Parlok Aceh menjadi motor pembangunan kembali Aceh pasca konflik yang berkepanjangan dan tsunami. Partai Lokal kiranya benar-benar mengusung aspirasi masyarakat dan ini merupakan percobaan test perdananya. Karena itu kemungkinan besar masyarakat sangat menaruh harapan pada parlok. Sebab di forum legislativ nanti pasti didominasi oleh caleg dari parlok. Analisa masyarakat, bahwa masa depan Aceh akan lebih cerah dan maju. Oleh karena itu perubahan-perubahan nyata(demokrati) harus diwujudkan terutama kinerja birokrasi yang bobrok dan penghilangan KKN. Jika ini tidak dapat dilakukan, maka masyarakat akan menilai parlok sebagai kegagalan dalam uji coba test selaku wakil rakyat dan dengan sendirinya masyarakat akan berpaling nanti dalam pemilu periode 2014.

Aceh kini menjadi perhatian khusus dunia internasional setelah perundingan Helsinki dilakukan tahun 2005 lalu. Jadi parlok Aceh punya hubungan dengan panggung politik internasional. Berhasil tidaknya parlok memainkan kiprahnya dalam gelanggang perpolitikan baik tingkat lokal maupun nasional, maka tolok ukur masa depan kemajuan Aceh kedepan sangat menentukan. Saya memprediksikan bahwa parlok menjadi partai unggul terutama Partai Aceh dapat diandalkan untuk membawa arus perubahan Aceh kedepan. Untuk mencapai seperti yang diharapkan, maka parlok diharapkan betul-betul mampu menguasai konsep politik atau menjadi konseptor dan orator dalam membangun Aceh.

Partai lokal Aceh merupakan wadah pemersatu rakyat pasca perang melawan Jakarta. Terlebih partai Aceh(PA) yang tumbuh subur dari sosok Gerakan Aceh Merdeka GAM yang rela menanggalkan perjuangan bersenjata menjadi perjuangan politik sipil secara demokrasi. Tak hanya Partai Aceh(PA), parlok lainnya pun diharapkan betul-betul menjadi roda demokrasi dan menstransformasikan Aceh kedepan yang lebih dewasa dan damai. Apalagi partai lokal Aceh yang tampil perdana dalam sejarah barunya Aceh, menjadi dekorasi dalam berdemokrasi sekaligus mewujudkan implementasi dari hasil kesepakatan Perjanjian MoU Helsinki di Nanggroe Aceh.
Selaku rakyat, kita mendukung penuh kehadiran parlok Aceh akan membawa semangat baru, wajah baru, pemikiran baru dan semua baru demi kepentingan rakyat dan Nanggroe Aceh. Karena itupula bahwa, kita juga menaruh harapan agar terwujudnya sebuah jembatan via parlok untuk menuju Aceh yang "Baldatun thaiyibun warabbun ghafur". Rakyat Aceh percaya dan menyerahkan semua persoalan politik kepada parlok selaku calon wakil rakyat kedepan yang penuh amanah dan punya kredibilitas tinggi. Terutama Partai Aceh, yang sampai saat ini masih merupakan harapan besar rakyat untuk mengurus, menjaga dan melaksanakan cita-cita masyarakat Aceh serta membawa semangat MoU untuk menuju masa depan kemuliaan Aceh yang sempurna. Kami rakyat berada dibelakang dan mendukung parlok, terutama Partai Aceh(PA). Semoga berhasil dan berjaya.

Penulis adalah Junaidi B, Aktifis World Acehnese Association(WAA) sekarang menetap di Denmark.
Baca Lebih Lanjut...